Why I was Born

Hari Selasa 1 Maret 1994 tepat saat sirine berbuka puasa berbunyi, telah lahir seseorang bayi laki-laki di sebuah rumah yang besar namun tetap sederhana. tepatnya di sebuah Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Dengan bantuan seorang bidan yang pada saat itu bagaikan seorang Malikat yang datang membawa pertolongan untuk seorang Ibu yang bertaruh nyawa demi memberikan kehidupan untuk seorang bayi yang telah dibawanya kemanapun dia pergi selama 9 bulan. dengan perjuangan ikhlas seorang Ibu tersebut akhirnya bayi tersebut terlahir dengan proses yang normal. Tangisan bayi yang terdengar seolah memberikan rasa kemenangan dan kebahagiaan yang mungkin tidak dapat ditukar dengan apapun yang ada di dunia ini. Lalu, siapakah bayi tersebut?

Seorang bayi laki-laki tersebut diberi nama DADIKA FAISAL PRADANA. Berkat kasih sayang yang dia dapatkan dari orang tua serta orang-orang terdekatnya, kini dia mulai tumbuh menjadi sesosok laki-laki yang dewasa dan siap untuk menjadi seorang yang nantinya akan menggenggam dunia.
Dimanakah dia sekarang, siapakah dia sebenarnya?

Dia tidak dimana-mana, dia sekarang ada di depanmu.!
ya, blog yang sedang kalian baca ini adalah miliknya, dan dialah penulisnya.
itulah awal lahirnya diriku di dunia ini.
berkat perjuangan keras seorang ibu, dukungan seorang ayah, dan pertolongan dari Tuhanku aku akhirnya bisa menikmati Indahnya Dunia Ini.

Terima kasih Ibu, Ayah, dan Tuhanku Allah SWT yang telah memberikanku kehidupan ini.
Akan kujaga hidupku ini dan akan kunikmati setiap helaan nafas dan oxygen yang masuk ke paru-paruku ini, akan kujadikan detak jantungku ini sebagai genderang yang mengibarkan semangatku untuk terus memberikan yang terbaik.

I love my life, tidak akan kusia-siakan setiap keindahan dunia yang telah diciptakan ini. untuk apa kita diam saja. bergeraklah, nikmati segala hal yang ada, jadikan itu semua sebagai suntikan energi positif yang akan membawamu pada kesuksesan saat ini dan nanti.

lakukan apa yang bisa kita lakukan sekarang sebelum semuanya terlambat dan kita menyesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar